PRATIMA DURGA PURA IBU DIUPACARAI DIENG MELETUS

Minggu 27 September 2009 Pratiam Durga Mahisa Nandini Sungsungan Pura Ibu Majapahit Jimbaran di Upacarai / Di Odali oleh Universitas Mahendradata Nama Dewi yang dimanivestasikan Durga,
Ketika Upacara Gunung Dieng / Dah Hyang di Jawa Tengah mengeluarkan Ledakan Keras, Semburan Lumpur mirip Lapindo keluar memporak porandakan Perkebunan penduduk hingga sejauh 500 meter, juga Pilipina yang dulu Wilayah Majapahit di Landa Banjir Bandang hingga puluhan orang tewas, Fenomena apa ini ini? Sabdopalon juga meramal “Gunung Gunung Menggelegar Gempa 7 X sehari”, Paling Paling Kebetulan, Ramalan “TERTULIS” Leluhur sendiri tidak diperhatikan,
Tapi Ramalan Mama Lorent [ditulis sesuai suara] malah sangat dipercaya, padahal orang masih nanya Beliau, Lha Ramalan Leluhur Sabdopalon yang Jengkel kepada Prabu Brawijaya yang masuk Islam tidak pernah dipublikasikan demi Agama Islam yang melarang Percaya Ramalan [Diharamkan MUI disiarkan TV R.I], Lagi lagi Nasib Bangsa ini Para Leluhur Memberi Warning / Peringatan Tertulis pun di Abaikan Turunannya, Ironis. 26 September 2009 jam 16.30 Rektor termuda di Dunia DR. Wedakarna datang ke Pura Ibu Majapahit memendak Pratima Dewi Durga untuk kesekian kalinya ” Akan Saya Upacarai di Universitas, Dalam rangka Hari Durganawaratri agar Beliau Memberikan Kerahayuan, sebab Arjuna oleh Bahatara Krisna juga dusuruh Memohon Ijin Kepada Durga ketika Perang Bhratayudha, Arjuna selamat tak terkalahkan” demikian ucap Pemuda terpandai di Jagat versi Dunia ini [Dalam Negri malah di Kritik] kepada Hyang Suryo Brahmaraja XI disaksikan Jero Gede Susile dll, Jadi sebuah fenomena yang terjadi dan sudah di Tulis aneh sekali Turunan si Penulis dan tinggal di Tanah si Penulis, malah menggunakan Tulisan Asing / Import ribuan kiometer dari Negri ini, Tidak Percaya Leluhur sendiri. Yang benar adalah Tulisan Arab, yang mementahkan Apapun Buku, Lontar, Tulisan, Leluhur, Budaya, Adat, dll Negri ini, Fenomena apa ini ? Makanya, diberi hidup, Tanah yang subur, Air cukup, Kayaraya dll, kok Anti nya dengan Negri ini?
Kitab Arab dijadikan Acuan, sampai mengharamkan Tatacara yang ditulis dalam Kitab Lokal Leluhur sendiri, sekali lagi Bangsa kita itu masih punya Otak Tidak? Gedung Kertiya Buleleng berisi Ribuan Lontar Peninggalan Leluhur Yang Adiluhung termasuk kitab Sutasoma yang digali Bung Karno untuk Dasar Negara, dan Masih digantung dikantor Pemerintah R.I, kenapa kok tidak di percaya? Lontar Lontar Asli yang belum terjamah Adat Arab untuk direkayasa seperti Pararaton yang untuk menyenangkan Orang Jawa Arab agar boleh terbit Ken Arok dikorbankan sebagai Perampok, ya ironis sekali. Jaman Bung Karno Banyak Pemuda disekolahkan ke Cina, Uni Soviet akhirnya tidak bisa pulang, pulang langsung ditangkap di cap komunis, Guru dalam negripun banyak di bunuh, [ Ketua DPRD SURABAYA SUBARJATI DITURUNKAN KARENA KETAHUAN ANAK GURU yang di cap PKI] dan jutaan Orang yang tidak ke Masjit pun ditumpas dengan cap PKI, dipanas panasi: PKI, Gerwani Membunuh para Jendral dengan mencungkil matanya, Pki berontak, semua Bohong Besar disiarkan TV, itu Dokter yang buat Visum masih hidup, Visum nya ditemukan dan tidah ada Pencungkilan Mata, SAmpai Dokter nya ditampilkan sudah Tua dengan tangan gemetar membaca ulang Visum, dan mengakui Beliau yang membuat, juga diakui Tanda Tangan nya Asli “Ini Tanda Tangan Saya” ucapnya [siaran TV]
Film G 30 S PKI tidak ditayangkan lagi karena Film Penipuan,Dasar Bangsa di anggap tolol selalu di Kibuli, Akhirnya pelajaran hanya didominasi Arab, Budaya sendiri di Brangus, Klenteng ditutup dan tulisan Cina dilarang padahal Saudara se Fosil, demi kepentingan Arab 500 tahun yang lalu ketika menumpas Majapahit “Islam masuk dengan Damai” kilahnya. Nyatanya Pura Majapahit diserbu 2001, Saptodarmo jogja dihancurkan, juga peristiwa Monas, Pertunjukan Kekerasan Ala Arab 1000 tahun yang lalu menjadi Berita Santapan sehari-hari, Sampai bulan Puasa pun Bangsa kita harus menghormati Arab, Warung di obrak abrik, Orang makan lari terbirit birit sampai keselak lehernya sakit, Bom menggelegar dll, Sabdopalon bukan perakit Bom, dulu belum ada, Tapi Menggelegarkan Gunung bisa lho, Bukan ditangkap tapi Bencana Alam, Densus 88 berhasi menangkap Arab pendana Bom [di TV] bahkan Nurdin Top pun berhasil ditembak hingga Dunia Salut pada Densus 88. Jadi Bok ya, mari dipelajari bagaimana Adat kita mengelola Tanah Yang Subur Makmur ini, sebelum Arab masuk, Baca Negarakertagama, Sabdopalon, Jayabaya, Sotasoma dll kita punya Acara “SRADA” dll, untung Bali yang kecil ini masih ada Orang Upacara, Lainnya tentunya Tunduk sama Adat Arab yang kering Kerontang, Boleh Pakai Baju Agama apapun, itu indah Hijau, Putih , Kuning, hitam dll itu semua sama dimata Allah tapi Katanya, selain islam ya Kafir/Kufur/Batil/Musrik dll [Sejarah Kadiri Tan Koen Swie] dan ternyata buku diawal 2009 ini nyata, mangkanya di larang terbit/dibaca diera Orde Baru, dituduh melecehkan Islam,
Lha wong nulis apa adanya dituduh melecehkan, kalau Ngebom, bakar Gereja, Nutup Pura tidak melecehkan ya? Dasar dasar Kebenaran dimonopoli. Sekalilagi kita Kaya kitab, Jayabaya meramal sampai kiamat, Sabdopalon memberi Warning agar sadar, Alam kalau dicintai, di suguh, di Odali sesuai Adat Negri ini tentu Ramah, Dan tentunya marah 500 tahun disiram Tahi, kotoran, limbah dll hanya mengikuti Adat Kitab Asing Arab, Maka rusaklah negri ini, Arab itu Gagal, cuman 75 tahun mengusai Negri ini, 350 tahun Kristen Belanda yang melindungi Candi-Candi UU Statblat 1921, mau Selamatan, Potong Kerbau untuk mulai giling Pabrik Gula persembahan buat Dah Hyang yang Baurekso Tanah Pabrik, sekarang ada Kurban tapi untuk Arab, jadi marilah kta belajar Sejarah, Jepang masuk dengan Enaknya mengalahkan Belanda, dan kita diajari jadi Tentara Prmbela Tanah Air [PETA} hingga bisa mempertahankan Kemerdekaan, Bung Karno memakai Pancasila digali dari kitab Majapahit untuk dasar Negara, mau diganti kitab Arab Syriat Islam, kita Rukun ‘NASAKOM” jadi Acuan, setelah 1965 KOM nya ditumpas sampai akar/bayinya, Arab dengan enak menjajah negri ini, Bali sudah minoritas malah di BOM 2X,
Pura Majapahit Trowulan ingin merayu Leluhur/Tanah ini agar tidak murka, malah di GEBUG kitab Arab yang melarang Adat Majapahit, mau jadi apa Negri ini? kini Terkenal sebagai Bangsa BUDAK tuh tinggal dibawah jembatan di Arab, Anti KOMUNIS tuh tidak malu sekarang hubungan dengan Cina, HP, TV, Baju, Motor dll buatan Cina kok dipakai? Bali sih tidak malu sejak Jaman Dahulu masih pakai Uang Cina/Kepeng kalau Upacara. Bagi Para keturunan Majapahit sih Tidak heran melihat Gempa 7 X sehari Gunung Meletus, Banjir, Angin besar menerjang, itu kan sudah di Tulis Leluhur, Mama Lorent harus kirim Data dulu nanti baru dapat Tulisan Ramalan, Sabdopalon , Jayabaya malah sudah nulis 500 tahun yang lalu, hanya karena demiBuku Arab lalu disingkirkan/diharamkan, Ini yang pinter Orang Arab apa Bangsa kita? jangan dipikir lagi dasar TOLOL. Bertepatan meletusnya Dieng Minggu 27 September 2009 Rombongan Mahasiswa Mahasiswi Universitas Mahendradata juga lagi Ber’doa di Pura Ibu Majapaht karena kemarinnya dilarang Sang Rektor ikut Mendak karena dikhawatirkan Keraohan semua, jadi menyusul Minggu, agar tidak Keraohan, sebab pernah 1 Bis Keraohan. ketika pulang mereka menyalami dan memegang kaki Sri Wilatikta Brahmaraja XI Raja Abiseka Majapahit, ini Kalau dilihat Orang Arab bisa ramai, Orang kok dihormati yang boleh dihormati kan hanya Nabi Muhammad? Bangsa kita di Lecehkan, hanya Arab yang unggul, trima Wahyu juga tidak boleh, tuh Sadek terima Wahyu malah dihukum 4 tahun melecehkan islam, Lia Eden juga trima Wahyu Jibril harus mendekam di bui Indonesia bukan Arab. IRONIS.
Bisa bisa Orang Indonesia di bunuh semua karena setiap berbuat tidak sesuai kitab Arab, dituduh melecehkan Islam, lihat saja kalau Pemerintah tinggal diam dan merasa seagama Islam. Pancasila masih digantung, BUTA baeangkali kalau Buta, bisa jadi Pejabat, Otaknya mungkin? Mari kita sabar, memang bersandar pada mausia yang tercuci otak nya oleh Arab sulit, Tunggu Pageblug, Pagi Sakit sore Mati, disamping Bencana Alam, Alam Murka Karena penghuninya tidak menghargai, yang dihargai tanah Arab, lihat saja…SAksikanlah, Masak tulisan Leluhur dianggap Bohong/Tahayul, sekali lagi lihat saja, Silahkan Diskusi kan terus Tulisan para Leluhur Nusantara, Bagi Leluhur Nyawa kalian hanya dianggap Tikus. Kita Turunan Dewa Brahma bulan Arab mas. Ini Para Leluhur Nusantara juga sedang Mendiskusikan Penghuni Nusantara yang cinta Arab, Tanah akan dibuat seperti Arab, susah Air, Panen Gagal, Lumpur tambah keluar dimana-mana, sumur keluar api dll, suru pindah saja ke Arab tinggal dibawah jenbatan. Jangan cari makan di Nusantara. Jangan merampok hasil Nusantara hanya untuk Arab. Silahkan mendiskusikan/mengkeritik kebenaran Tulisan ini, Tapi jangan dengan Argumen kitab import dari Arab, mari kita pakai Dalil-Dalil dalam Negri, karena tulisan ini di buat di Bumi Nusantara bukan Arab. Pancasila Turunkan dulu kalau mau berdalil kitab Arab, baru Adu Argumen. Adil kan, kita jangan Goblog dikibuli terus.
Ditulis Sri Wilatikta Brahmaraja XI dan para Team Ahlinya di semua bidang. Puri Surya Majapahit Bali 28 September 2009. Kalau ngalah terus di Injak-injak Arab berpisik jawa, Sudah jelas Pura Majapahit menyatukan Agama apapun bisa berdo’a karena kita bukan bangsa Arab, kita Memuja Leluhur sendiri, cari Tuhan bebas di Greja, Masjit, Jagatnata dll. tapi malah ditutup atas nama Islam, Minjam Pejabat R.I yang juga ada anggota DPRD nya, memangnya selain Islam bukan rak’yat ya? Ini dibuka untuk kesadaran Bangsa Indonesia Bukan Arab. KAMI PUTRA PUTRI INDONESIA BERSUMPAH : BERBAHASA, BERBANGSA, BERTANAH AIR, SATU YAITU INDONESIA bukan arab. Sumpah Pemuda 1928. Yang masih didengungkan di Sekolah, Kami juga mengutip Pidato Prof. DR. KH. Agil Siraj pada 10 Mei 1998 di Dukuh Kupang Surabaya, Disaksikan Tokoh-Tokoh Reformasi diantaranya Romo Sandiawan, dan Ratusan Ribu Mahasiswa “Untuk Reformasi, Departemen Agama Harus di Bubarkan, Karena Departemen Agama hanya ada di Indonesia dan Israel, Agama kok diatur Departemen yang malah mempersulit Agama” Sorak sorai umat Katolik dan Kristen membahana memenuhi Langit Nusantara, sayang hanya janji, lha buktinya makin eksis MUI nya selalu Buka Fatwa Sesat maka hancurlah yang disesatkan tu Ustad Roi di Malang Jawa Timur Solat berbahasa Indonesia nasibnya tak terdengar setelah ditahan Polisi R.I. DR. Agil Siraj [Maap kalau keliru nulis nama] dimana Beliau Sekarang? Nara sumber dari masyarakat apapun Agamanya yang masih kerurunan Pithekhan Tropos Erectus Homoneander Thalensis Fosil Solo dan Cina bukan turunan Mumi Arab. [Team Puri Surya Majapahit diketuai GRP. Nokoprawirodipuro Suku Jawa Putra Ustad, Baru keliling jawa mengumpulkan Data yang ahli bahasa Arab dan Jawa.]

PURA MAJAPAHIT KEPRABON MENYIMPAN BENDA ANTIK

POSMO EDISI 30 26 Rebruari 2000: Pura Majapahit Keprabon sangat menarik, Ada yang unik ditempat ini, Rungsi ruangannya tidak selayaknya Pura pada umumnya, Ruang Utamnya didepan dan Ruang Nistanya dibelakeng, Didalamnya sangat banyak Peninggalan Sejarah yang mengandung Mistik, Tidak ada Orang yang berani mengambilnya, Sebab takut mrndapatkan celaka, Akibatnya Nyawapun bisa melayang. Pura Majapahit Keprabon usianya cukup tua, Boleh dibilang sudah ada sejak berdirinya Kerajaan Majapahit, Letaknya depan Komplek Marinir Karang Pilang, Bangunannya cukup Antik dan bernilai sejarah, Sebab di Pura ini banyak ditemukan benda benda peninggalan sejarah, Seperti Batu tempat Duduk R. Wijaya, Raja Majapahit Pertama, Buku Buku Kuna, Lukisan Ayam Jago Bertarung dan Sumur Peninggalan Sawunggaling, Pahlawan Penentang Penjajah Belanda, dan masih banyak lagi Barang Antik yang sulit disentuh tangan Manusia, Disamping itu fungsinya tidak seperti Pura umumnya, Sebab Ruang Utama ada didepan, Madya ditengah dan Nista dibelakang, Jadi terbalik ujar Hyang Suryo, Pendeta Ketua Pura Majapahit Pusat. Untuk ruangan Utama Pura Majapahit terdapat Padma, Pelinggihan dan Pratima Aqintia, Dikawal Patung Orang Tinggi besar berkepala Gundul. Ditempat ini Ratusan Umat Hindu melakukan Upacara Sembahyangan secara khusuk, dan berdo’a minta ketenangan dan keselamatan hidup. Ruangan Madya berada ditengah-tengah dan tidak jauh berbeda dengan bangunan Pura Pura lainnya. Diruangan ini terdapat Pendapa tempat Umat melakukan Diskusi Keagamaan, juga sebagai tempat menyimpan Buku Buku Kuna, Lukisan kuna bergambar Jago Tarung [Tabuh Rah], Arca Arca, Simbol Kerajaan dan benda benda antik lainnya. Buku Buku dan Benda Benda Antik itu kini tinggal sedikit, Sebab sudah dijual oleh orang dalam yang menjadi Pendeta disitu, Memang keterlaluan boleh dikata “Pagar makan Tanaman” Ujar Hyang Suryo. DIJAGA ANJING SILUMAN: Suatu ketika ada kejadian aneh, Orang Orang yang mengambil Benda Benda bersejarah dan Buku Buku kuna serta Lukisan bergambar Ayam Jago Tarung Meninggal Dnia selang beberapa waktu, Dialah Mbah Tejo dan Suhu Cing.”Mereka mungkin kena kutukan, karena sudah diperingatkan tidak boleh mengambil dan menjual, tapi tetap saja mengambil, akibatnya dia bernasib tragis, Hidupnya didunia tidak bertahan lama” ujar Biku Acun. Sementaea Ruangan Nista terletak dibelakang, bukannya berada dimuka sebagaimana umumnya, Fungsi ruangan itu tempat ruang Tamu dari berbagai daerah di Jawa Timur, Kalau ngobrol ditempat ini tidak terasa hingga larut malam, dan salah satu sudut ruangan digunakan untuk menabuh Gamelan ileh Sesepuh umat Hindu, tiap minggu yaitu Mbah Somo, Mbah Kandar, Mbah Cokro, dan Mbah Selo. Kini Pura itu kondisi ditutup, sambil menunggu calon Pendeta yang baru. Sebab Pendeta lama sudah meninggal dunia setelah menjual barang barang Antik didalam Pura. Siapa yang kesana haruslah berhati-hati, tidak boleh berbuat semaunya, apalagi berniat jelek. Ada apa sebenarnya? Ternyata. Dipercaya Pura ini dijaga Anjing siluman Hitam. Yang terkenal dengan nama Mbah Ireng. Mahluk ini setiap saat bisa menampakan diri. Pernah seorang pengusaha mebel Jiang Kwok lari terbirit birit ketika melihatnya, yang jelas tidak takut digigit, tapi menyeramkan. Bagi yang berniat baik ke Pura, sudah tentu tidak diganggu oleh Mbah Ireng, Malahan akan merasa tentram dan teringat kehidupan masa lalu, mengingat suasananya yang masih berbau Mistik.Kini Mangku Pura Drs. Made Sudarsana dari UNTAG

PRATIMA DURGA PURA IBU MAJAPAHIT DIPENDAK UNMAR

26 September 2009 jam 14.30 Rektor Universitas Marhaen/Mahendradata datang memendak Pratima Durga Mahisa Nandini, untuk disemayamkan di Universitas Tertua di Bali dan Nusatenggara, dalam Perayaan “Durga Nawaratri”, DR. Gusti Arya Wedakarna yang baru saja menyabet MURI dengan predikat Rektor Termuda di Dunia, sebelumnya juga Tercatat MURI sebagai DOKTOR termuda di Dunia 26 tahun, Sejak percaya dengan Leluhur Majapahit, Bahkan entah yang keberapa Pratima Leluhur Majapahit dibawa ke Kampus Mahendradata, untuk diupacarai, memang ini satu-satunya  Universitas yang berani memasukkan Pratima Leluhur tanpa memperdulikan Mahasiswa/siswi nya yang berbeda Agamanya, Pemuda Terpandai di Dunia ini, bahkan memprakarsai Patung Ganesa Tertinggi di Dunia ketika Pratima Ganesa Pura Majapahit Nyejer di Singaraja, dan berhasil Biarpun masuk MURI tertinggi di Asia, kini sedang diselidiki dinegara mana yang tingginya mengalahkan Singaraja, Waktu itu baru berusia 22 tahun sudah Menjadi Presiden Pemuda Hindu se Dunia, Pada Awalnya, Pertama bertemu Hyang Suryo, Sempat Hyang Suryo memarahi nya, jangan bergurau, Ternyata Pemuda ini Serius, Dan Mengaku Keturunan Raja Bali Tegeh Kori yang jadi Kesayangan Arya Kenceng Raja Bali dari Majapahit waktu itu, Dan selalu berdo’a di Pura Majapahit Buleleng, GWK, dan Bahkan Ketika Peresmian Pelinggih Wisnu di GWK yang sederhana [seharga Rp. 200.000,-] tidak Canggung Pemuda ini Negen Pratima yang beratnya hampir 100 kg, untuk di Linggihkan dan Odalan hingga hampir Jatuh pingsan kelelahan, Bahkan Banyak juga mengadakan Festival Kirap Pratima, mengikuti Adat Cina di Jawa dimana Pratima di Kirap yang menurut Amplik Ketua PHDI Kuta Selatan Pratima tidak boleh di Bawa-Bawa, Pratima Dewi Tangan Seribu yang menurut Kepercayaan Rektor Termuda di Dunia ini adalah Manivestasi Dewi Mahendradata nama Universitasnya  yang juga Ibunda Prabu Airlangga, hingga Ngalinggihan Pratima Airlangga di GWK pemuda inilah yang negen /mikul ditaruh diatas Kepala nya, Ketika mendengar Pelinggih Prabu Airlangga akan di gusur, Pemuda terpandai se jagat inilah dengan gigih menghadapi pihak GWK, dan yang paling marah merasa Leluhurnya dilecehkan Investor, Sampai -sampai Team Ahli Adat dibentuk tentang Tatacara bila Pratima/Leluhur sudah di Linggihkan, harus bagaimana caranya jangan main Gusur, “Saya sebagai Warih Majapahit tidak terima itu, Investor bisa ganti berganti, Bali tetap Bali, buktinya ini Investor baru, nanti ya Baru lagi, lain lagi nanti Aturannya, Jelas di Undang Investor lama kok Macam- macam” kata Darah muda yang sedang Bergolak ini sambil mengibar-ngibarkan Undangan Resmi Para Leluhur Majapahit ke GWK yang disetujui Direktur dan GM lama, ” Kalau Urusan Bisnis Lain, saya tidak turut campur, ini urusan Adat, Tatacara Leluhur kita, investor cuma HGB 25 tahun, itupun bisa dia jual ke investor lain, memangnya dia yang punya Bali? Hormati dong Adat Bali biar Direstui Para Leluhur, Pura Majapahit Trowulan kan di Tutup, kemari diundang” imbuhnya ketika di Pura Ibu, Bahkan Ada Kapolsek dan Anak buahnya, serta ratusan Orang termasuk Mahasiswanya, Lebih Gusar Lagi melihat berita Amplik Ketua PHDI Kuta selatan dan Kelian, ” Ini Orang Bali apa bukan? belum ditanyakan masalahnya sudah mulutnya  JEPLAK bela Investor, dapat apa dia? paling paling kena Tulah” memang ketika tahun lalu sempat dipendak Pratima Durga 1 Bis Mahasiswa/Siswi sempat keraohan, bahkan Pemendakan sebelumnya juga Bali sempat diguyur Hujan dan Banjir hingga memakan korban Jiwa {diberitakan Media}. Jadi mestinya bisa nyebet MURI lagi sebagai Rektor yang Percaya Pratima di Dunia. dan berani membawa masuk Kampus nya, Kita tunggu Kiprah pemuda Kontroversial ini, belum bisa di jelaskan apa dan bagaimana acara Durganawaratri nya, Karena Baru meninggalkan Pura Ibu Majapahit Jimbaran, jam 14.30 dengan diiringi Orang Kepercayaannya, “saya Takut mengerahkan Mahasiswa, nanti kalau Keraohan, repot, kalau Sopir Bis Keraohan bisa gawat, mengganggu Lalu lintas” tambah Sang Rektor yang mendampingi Putra Bung Karno “Surya Sukarno” Yang menyerahkan Patung Dada Bung Karno kepada Brahmaraja XI serta Memasang Gada Limpung Alugoro di Puncak Candi Ibu beberapa waktu yang lalu tepatnya 5 juli 2009. Dan Pemuda ini juga sempat Mandi di Batu Pecah desa Belalang tempat Pelinggih Sementara Gajahmada ketika Gebyar Pusaka Majapahit dalam menyambut Delegasi Parlemen se Dunia di Tanah Lot, ketika itu Pelangi Turun sekitar jam 16.00 masuk ke dalam tanah membuat bulatan 10 meter persegi,  Bersama Hyang Suryo yang ber Abiseka Sri Wilatikta Brahmaraja XI Sang Pemuda Wedakarna [belum DOKTOR dan REKTOR] mandi memasuki Alam lain yaitu dalam Bungkusan Pelangi/Biang lala, yang diliputi Warna Warni segala warna, disaksikan Ratusan Mahasiswa/siswi dan pengikut lainnya, kira-kira jam 17’30 pelangi memudar dan hilang, Kejadian ini memang aneh, bisa dinikmati lebih dari 1 jam, mungkin Sinar Maha Patih Gajah Mada Pemersatu Nusantara, muncul bergembira di buatkan Pelinggih biarpun seharga Rp.125.000,- Beliau memancarkan Sinarnya pada 2 Orang yang berjuang untuk Leluhur Majapahit, Dimana setelah Gebyar Pusaka Majapahit, Pelinggih kecil di Batu Belah ini di suru Pralina pihak Badan Otorita Tanah Lot melalui HP Mangku GRP. Noko Prawiro selaku Panitia Gebyar Pusaka, Dan HP disampaikan kepada Sri Wilatikta Brahmaraja XI yang awalnya disuru Membongkar, Setelah dijelaskan kalau Pelinggih itu masuk Desa Belalang bukan Tanah Lot yang masuk Beraban, kemudian suara dibalik HP merendah “Di Preline saja Pak, Mangkunya sudah setuju” Akhirnya tak lama kemudian datang Ombak besar Mempreline Pelinggih 125.000,- tersebut hilang tanpa bekas, seiring hilangnya Pelangi beberapa hari sebelumnya yang sempat dimasuki  Sri Wilatikta Brahmaraja XI dan Gusti Arya Wedakarna untuk mandi air laut selatan tempat bersemayam nya Ratu Mas Jawa: Ratu Laut Kidul, Cina: Nan Hai Niang Niang / Dewi Laut Selatan. Ada lagu : ‘Pelangi Pelangi Alangkah Indahmu Merah, Putih Kining Dilangit yang biru……Pelangi Pelangi ciptaan Tuhan” sebuah berita bila telah berlalu akan menjadi catatan bahkan Sejarah, kisah ini akan menjadi Sejarah dimana Gebyar Pusaka Majapahit, bisa menghilangkan Serangan Wereng, dimana sehari sebelum Gebyar Pusaka, Wereng menyerang wilayah Tanah Lot sampai setinggi 1 m sangat mengerikan dan hampir menggagalkan Pameran, akhirnya Para peserta Pameran dengan penuh keraguan meneruskan Pameran setelah di Gurau ‘i Mangku GRP. Nokoprawira Kalau Keris Pusaka Majapahit bisa Menolak Wereng, ternyata Gurauan / Canda/Dagelan didengar Leluhur Majapahit dan di Kabul kan, Tak seekor Wereng pun hadir keesokan harinya, Ibu Megawati, Pejabat, Delegasi Parlemen sedunia makan / Diner [istilah keren nya] dengan tenang tanpa diganggu Wereng bahkan Hyang Suryo Brahmaraja XI mendapat Hidangan Istimewa dari Restoran, Juga Mangku GRP. Nokoprawiro di service, Gebyar usai, Bak Pepatah “Habis manis Sepah dibuang” Hyang Suryo Lebih keren dengan nama Brahmaraja XI di suru membongkar Pelinggih Gajah Mada melalui HP, Kasian Leluhur Majapahit yang menyelamatkan Tanah Lot dimata Dunia dari memalukan di serang Wereng, Coba Bayangkan para Tamu makan berlarian bubar diserang Wereng, Hal ini anggap kebetualan, Leluhur Pernah Berjaya menyatukan Nusantara dianggap Kebetulan ya tidak apa-apa, yang penting Pura Ibu Majapahit sudah berkarya untuk umat, tidak butuh penghargaan, yang penting Beliau di Odali dengan tulus iklas, Bahkan Pelinggih Prabu Airlangga hanya seharga rp. 200.000,- sampai dilecehkan pihak GWK pimpinan AA Rai Dalem mungkin dianggap Pengemis, melihat sederhanaannya Pelinggih, Justru sederhana ini bukan Pengemis, tapi tulus iklas sekemampuan, dan Leluhur Butuh ke iklasan, Megah bergelimang uang, hasil korupsi, temtunya biar sederhana bukan hasil ngemis, Ada lagu Kus Plus ” Ojo Ngenyek, Omah Gubuk Omahe dewe” Akhirnya tak beberapa lama AA Rai Dalem tertipu 15 juta Tabungannya Ludes di Embat Cewek Penipu, masuk Koran Oleh Komang Artanegara Korannya di Taruh Pura Ibu dan dibaca semua Orang,- Juga Tanah Lot desa Beraban Kemasukan Flu Burung Berita Koran/TV. Bahkan Keris Gajahnada Ketika Tumpak Landep berhasil merontok kan Beringin Ratusan Tahun di Puri Anom juga Anggap kebetulan, Pancasila Dasar Negara juga anggap kebetulan, Bung Karno Bergurau bikin Dasar Negara, Dasar bangsa sudah Keblinger [istilah Bung Karno], Leluhur Majapahit diakui Dunia Pencipta Negara Nasional Pertama, belum ada yang bisa meniru persis, contoh Arab, Israel, Irak, Iran, Kuwait dll, sendiri-sendiri saling perang tidak dibawah Raja Arab, Hanya Amerika mirip, Presiden Argentina, Presiden Mexico, Presiden Chili dll Tunduk sama Presiden Amerika Serikat Obama, Majapahit juga banyak Raja-Raja Nusantara Tunduk dengan Raja Pusat Prabu Hayam Wuruk. Amerika Federal Majapahit Kerajaan dan lebih dulu Majapahit hingga konsep nya sudah mendunia, banyak ditiru, contoh: Dunia kalau Pemilu mencari Gajah Mada / Perdanamentri, Raja/Presiden hanya simbul, Coba Anda pikir siapa Presiden India? siapa Presiden Singapura? Kalau Kerajaan Jelas ada Raja, tapi hanya simbul yang gerak Perdanamentri dalam Catur Star bergerak, Raja di rukir biar aman, Raja kena Skak Mat, ya bubar. Raja/Presiden diluar negri tidak Keluyuran Nampang lha kalau di tembak Bubar Negaranya cukup Star nya ini sama dalam Catur/Sekak.

MANGKU PURA MAJAPAHIT TERIMA PENGHARGAAN SRI MPU

Bapak Genden dari Baturiti, Oleh Sri Wilatikta Brahmaraja XI atau lebih dikenal Hyang Suryo diangkat sebagai Pemangku Sepiritual Pera/Puro Majapahit Trowulan. Mangku ini mengikuti Hyang Bhatoro Agung Suryo Wilatikto ke Puro Mangkunegaran, karena piawainya membaca mantra Majapahit dan membunyikan Genta, maka mendapat Penghargaan Bintang Budaya Sepiritual dan bergelar Sri Mpu Wang Bang Pinatih. Ditambah Bintang Dharma Budaya. Memang akhirnya di Bali menjadi Kontroversi, dimana malah tidak diakui, karena Mangku harus melalui Proses Diwinten/Dwijati oleh yang berwenang, Akhirnya Sri Wilatikta Brahmaraja angkat bicara, Bahwa di Trowulan tidak ada Mangkunya, lha untuk Orang Jawa tidak mengerti Prosedur Per Mangkuan, akhirnya diangkatlah Bapak Genden sebagai Mangku Oleh Brahmaraja XI mengingat Penampilan cukup dipercaya mirip Pinisepuh di Jawa yang berjenggot, Hafal Mantra dari Buku Mantra yang banyak di jual di Toko, bisa mainkan Genta/Bajra, ditampilkan di Pura Mangkunegaran Solo sangat membuat kagum Orang Jawa yang 500 tahun dipegang Kiyai tanpa Genta dan sesaji, Paling sebungkus Bunga dan Menyan, akhirnya di Jawa diakui dan bahkan dapat gelar Sri Mpu Pandito Mojopait. Ini sebenarnya untuk Lokal di Pura Majapahit, bukan untuk di Bali, Memang salah Bapak Genden kalau Show di Bali, tentu dipertanyakan. Di Majapahit, Kerajaan China Raja punya Hak mengangkat Pandita yang dianggap bisa memimpin acara interen bukan untuk umum, khusus diwilayah Keraton saja. Jadi hal ini memang banyak yang mempertanyakan, Kini Bapak Genden/Sri Mpu versi Majapahit Jawa sudah tidak di Pura Majapahit Trowulan, Beliau pernah diserbu Karyono mau di Bunuh dan melarikan diri ke Jakarta, Untung ada Cina yang menjemput atas perintah Hyang Suryo dan dilarikan ke Hotel Satelit Surabaya, Beliau tidak tahu Kalau ada mangku Bali sempat diseret keluar dari Pura, Pikirnya aman Pakaian Putih Udeng Putih, melihat ini Karyono mengumpulkan Masa entah darimana lalu jam 21 malam memasuki Pura Majapahit dan menggeledah Pura mencari Mangku Orang Bali karena terlihat berbusana Bali, untung jam 20 dijemput Om Tjun Fe dari Surabaya dilarikan ke Hotel Satelit tempat Hyang Suryo berkantor. Sebelumnya ada Telepon dari Trowulan bahwa Pura Mau diserbu Karyono sebab Ada Tamu dari Bali. segera Om Cun Fe ambil tindakan menjemput sang Mangku Jawa. Agar tidak jadi Bulan bulanan Karyono, bisa dibayangkan kalau tertangkap Karyono dikeroyok digebuki, bahkan bisa dibakar hidup-hidup, Waktu itu Gereja-gereja di Mojokerto pada di BOM Teroris lagi Berkuasa, WTC Hancur, Kuta luluh lantak, Kedutaan Australi Merotoli dll. Teroris Benar-benar Berkuasa waktu itu, Ketua RT bapak Sumono sampai Bersimpuh mohon ampun Karyono karena Mau di Saduk’ i [ditendangi] Karyono, Bak Il putri Pak RT sampai nangis melihat Gurunya Koirul Huda [Guru SMP Islam/Ketua Ansor] ikut mendukung karyono menyuruh Penduduk sekitar Pura Mengungsi Karena Pura Majapahit mau di BOM. Ketua RW Bapak Haji Sabar pun Ketakutan melihat Kaeyono yang di Dukung Ketua Ansor Koirul Huda “Saya malu sekali punya Guru Agama seperti Pak Huda yang suka nyerbu Pura sebelah saya”, Sejak itu Bapak Mangku Jawa Genden tidak pernah muncul lagi di Trowulan, ada kabar di Taman Mini Jakarta. Demikianlah Kisah Mangku Pura Majapahit yang dapat Penghargaan Mangkunegaran tapi hampir tewas ditangan Karyono. Informasi ini ya memang lucu tapi saat itu tentu serius Buktinya sampai MUSPIKA nutup Pura Majapahit. Yah inilah Kisah Budaya digebuk Agama. Ketika awal 2009 Pura Ibu Jimbaran dapat Kiriman Buku Sejarah Kadiri karangan Tan Koen Swie Sangat membuat terkejut ternyata Nasib Leluhur sama seperti 500 tahun yang lalu Di Kepruk Sunan Bonang, Apakah Karyono titisan Sunan? yang siap menghancurkan Hindu Masa kini? yang bisa menjawab tentunya Para Penonton, Mantan Prjabat waktu itu dan Karyono sendiri dan cs nya. Benar benar selama 500 tahun yang lalu islam jadi tukang Kepruk Candi, patung dll. Contoh Saptodarmo di Jogja Di Kepruk’i Orang berjubah masuk Trans TV, Jakarta Kafe, Biliard tak luput di Kepruk’i Orang berjubah atas nama islam juga selalu berulang ulang disiarkan TV, oh ya itu di Monas Kerukunan Ber Agama tak luput Gebukan Bambu sampai ada Gadis Bali Mrempul Kepalanya masuk TV, Belum yang tak ter siarkan. Lagi Masjit Ahmadiah dibakar/dihancurkan, ohya Gereja-Gereja di Jawa Timur-Jawa Barat tak luput dihancurkan dan dibakar. Ya inilah totonan Negri ini, yang konon Pancasila BINNEKA TUNGGAL IKA TAN HANA DARMA MANGRUWA Jadi jaman Jahil liyah 1000 tahun yang lalu di Arab. Amit…Amit…Jabang Bayi, Ndang Lahiro Nak…Anak e Sabdopalon, Ngelakok no Karmane 500 tahu biyen. Pati saur Pati, Utang Barang nyaur Duwit, Utang Agomo yo nyaur Agomo. Gunung Bledos, Lindu, Banjir, Angin Agung,Alun minggah ing Daratan, Pageblug lan Jagat Royo di Obah ne. ben Molak Malek jamane.

PURA MAJAPAHIT GWK TEMPAT MELINGGIH BATARA WISNU

Yang melinggih di Pura Majapahit GWK adalah Raja Jawa Bali Prabu Airlangga Udayanaputra Nantawikrama Tunggadewa, Bapak Beliau Prabu Udayana, Ibu Beliau Putri Mahendradata dari Kerajaan Kahuripan/Jenggala belakangan dipecah dua oleh Mpu Bharadah menjadi Jenggala dan Kadiri. Kadiri lebih dikenal dengan Rajanya Prabu Jayabaya, sedang Jenggala dipegang Prabu Jayasabha I saudara Prabu Jyabaya saendiri, Zaman Majapahit Jenggala dipegang Prabu Jayasaba III yang juga bernama Wisnuwardhana biarpun Jenggala dianggap kecil tapa Raja tetap dianggap titisan Wisnu. Ketika diangkat menjadi Panglima Perang Nusantara beliau mendapat gelar Bhatara Indra, Ketka Pansiun menjadi Raja Jenggala, Kediri maupun Daha [Trilokapura]

Beliau bergelar Sri Wilatikta Brahmaraja I hingga masa berakhirnya Majapahit, Prabu Brawijaya masuk islam, Jenggala tetap dipegang Sri Wilatikta Brahmaraja V / Jayasabha X / Wisnu Wardahan VIII, Karena dahulu komunikasi kurang dan runtuhnya Trowulan yaitu Brawijaya oleh Kerajaan islam Demak, Jenggala/Kadiri masih eksis bertahan hingga 1522 Barulah Sri Wilatikta Brahmaraja V meninggalkan Kadiri karen diserang Trenggono putra Patah yang takut Kadiri kuat bekerjasama dengan Tentara Kristen Portugis. Brahmaraja V yang kulitnya kuning menyamar jadi Cina, sedang Para Resi yang agak hitam disuruh ke Bali untuk memperkuat Niskala Bali termasuk Resi Dwijendra. Waktu itu Bali masih memakai konsep Mpu Kuturan Bagawanta Budha. Jadi disini jelas Trah Jayasabha/Brahmaraja eksis didukung Dinasti Cing dari Cina tetap Budha dengan membangun Klenteng karena kalau bikin Candi dicurigai islam, ketika Belanda masuk Trah Brahmaraja dianggap etnis Cina Majapahit muja Pek kong, aman saja bahkan Brahmaraja VI Jingkang mendapat hak istimewa, Apakah Jingkang ini yang di Bali dianggap dari Cina ini membutuhkan penyelidikan silsilsh Bali, Sebab Jingkang Raja JenggalaBayangan punya Jung / Kapal layar besar model Cina, bahkan di Ujung galuh Zaman Belanda menjadi kepala Pelabuhan / Syahbandar. Jingkang bermarga Li / Raja menurut orang Cina, supaya tidak dicurigai tentara islam ngomong dibikin Pelat seolah logat Cina, Diteruskan Jingwan tetap syahbandar punya banyak Jung untuk berlayar dimana salah satu Jung nya hancur di selat Malaka di mana didalam Jung ikut Suhu Tan Tik Siu yang juga dimakamkan di Tanjung Pinang.

Keturunannya Tan Koen Swie tetap melestarikan adat Jawa yang menerbitkan Darmogandul dilindungi UU Belanda. Tan Tik Siu Zen [dewa] cukup dikenal di Tulung Agung / Jenggala dianggap Dewa. Mbah Gede Ngadri putra Jingwan 12 bersaudara. Mbah Gede Ngadri adalah Suami Mbah Putri Gading Ludaya Putri sakti Singa Ludaya dan bisa berubah jadi Macan Gadungan Tongkat nya jadi ekor nya. Tongkat, bedug dan Pusaka diwariskan cucu tunggal tercintanya yaitu Hyang Suryo.Juga Mbah Gede Ngadri mewariskan sejumlah Pusaka, cap Kerajaan dan barang rahasia yang tidak bisa disebutkan satu persatu, Termasuk Keris Nagaraja [difoto keluar Naganya diketahui Semar Suwito Wartawan Liberty] Foto bisa dilihat di Puri Gading. Menyusul kepala Hyang Suryo/Brahmaraja XI kepalanya pas ketika Mahkota ajaib Majapahit dikembalikan. Inilah cerita keluarga, jaman Orde Baru Hyang Suryo aman saja karena penyembah Leluhur aktip, 1983 sempat meresmikan Makam Mbah Bodo Pahlawan Budaya di Smberpucung Malang. dan Hyang Suryo berkiprah di Aliran Kepercayaan dibawah Dirjen Kebudayaan, Bahkan Panitia Suro’an di Trowulan sejak 1980 an bahkan cukup dikenal di Trowulan 1960 an, Tahun 1969 melepaskan Jaini Putra Pak Saguh Pendopo Agung yang di Belok/ dipasung kakinya, dan masyarakat Trowulan cukup kenal Marim penduduk Putri Cempo kenal Hyang Suryo masih gadis, anak gadisnya teman baik Hyang Suryo sampai sekarang Ria namanya sudah punya anak saksi hidup di Trowulan masih, Panitia Hari besar Suro ada SK nya sampai hari ini belum dipecat/dicabut.

Hingga Pura Majapahit Trowulan di tutup 2001, 2002 masih kirap Suro, juga 2008 masih ikut kirap Sapdopalon di Trowulan. Bahkan upacara dirumah tidak boleh malah kirap Pratima di Tulung Agung, Malang, Kertosono, Gudo Jombang 2009. Bali kirapnya tak terhitung, Siwanawaratri, Ganesa caturty dll. Pura Majapahit GWK awalnya di GWK kisruh, bahkan Ruko Pura Majapahit ditutup Bambu tidak bisa masuk jadi masuk liwat Rurung Agung. Tapi setelah tau Pura Majapahit bambu dibuka kembali, karena Orang Bali pantang menutup jalan Ida Bhatara, Belakangan Klian baru Demo minta jalan Rurung Agung ke GWK dan dikabul kan e e e, Malah tidak mendukung Pura Majapahit pura-pura tidak tahu apalagi ketua PHDI kuta selatan Amplik ikut juga ambil bicara, menuduh tidak nyukat genah, caru yang mana membuat masyarakat yang ngayah panas, akhir nya Rurung Agung di tutup batu oleh penduduk setempat dan mereka diam sekarang termasuk GWK, coba baik-baik Rurung Agung sekalian jalan ke Pura Dalem Majapahit GWK kan orang maklum, lha dapat jalan Rurung Agung Pura dilecehkan padahal dulu masuk ke komplek Roko ditutup berkat Pura Majapahit dibuka, ya namanya orng Leluhur dikenakan pepatah “habis manis sepah dibuang” apalagi Pura Majapahit punya Pratima Durga Mahisa Nandini ketika dipendak dilinggihkan/dipinjam Universitas Mahendradata Bali diguyur hujan sampai banjir dimuat koran “Bali disapuh Durga” juga Bali aliran Siwanya kuat tapi perayaan Durganawaratri hanya segelintir orang Bali yang datang hingga sebuah majalah mengulas Durga sampai puluhan halaman. Jadi inilah penjelasan Nyata, bukan bukan pendukung Pura Majapahit GWK serakah ingin ngemis tanah di GWK, dulu diundang bahkan Direktur GWK nyumbang Odalan [Dokumen foto,VCD lengkap] Upacaranya besar-besaran sumbangan Odalan, caru, dll dari Puri/Griye dan umat semua itu untuk tanah GWK dan Bali yang di Sungsung ya Leluhur Bali Prabu Airlangga [dijawa dipakai Universitas Airlangga] Bapaknya Prabu Udayana [dipakai Bali Universitas Udayana] Ibunya Putri Jawa / Kerajaan Kadiri Mahendradata [dipakai Universitas Mahendradata] juga dimanivestasikan Durga Mahsa Andini di Blahbatuh. Hyang Suryo Pribadi bahkan ingin menarik Pratima pulang ke Jawa padahal sudah ada Pelinggih sampai cari ruko di Puri Gading agar kalau Odalan di GWK Pratima Prabu Airlangga dekat ngambilnya, bukan ke Buleleng/jawa. Nyatanya di Puri Gading Maju untuk Pelinggih Ibu dan sudah odalan 5X. Aneh tapi nyata, Menurut Bapak Badeng mantan Kelian Puri Gading sudah di program Leluhur, Pak MONGKEK salah membangun rumah, sampai ribut akhirnya tanah Pak Mongkek di bangunPendopo Majapahit hingga Pura Ibu kelihatan luas.

Dan tanah untuk Pelinggih Ibu benar-benar suci belum pernah dibangun rumah. Padahal dulu Ibu juga sudah ikut Ngenteg linggih di GWK Ungasan, Ibu pindah begitu saja ke Jimbaran dengan diiring Mahasiswa/siswi Mahendradata dan masyarakat Ungasan ,jimbaran pindah Ruko ke Ruko sangat menyedihkan tapi ini demi bisa di Odali, caru dan disegeh tiap hari karena Trowulan di tutup Camat yang lulusan Universitas Airlangga [keterangan bpk’ Djoko BUDPAR mojokerto mengaku teman sekelas sambil menangis di Pura Budaya Majapahit] aneh tak lama camat struk masuk rumahsakit dan 3 tahun baru tewas setelah menderita lama “Sudah saya peringatkan jangan ngutik Majapahit, Majapahit itu lungit, tapi tidak percaya” ujar Pak Djoko yang menawari Gedung Pendopo bekas Wedono di jalan raya desa Brangkal, untuk Pusat Informasi Majapahit didukung Bapak. Bramianto teman Bupati Mojokerto Achmadi tapi Hyang Suryo menolak karena camatnya sama yaitu Trowulan. nanti dikira ngece/menggoda Camat Trowulan yang nutup.

Demilianlah sekilas Sejarah Dewi Durga pernah Ngenteg Linggih, caru, odalan di GWK kini punya Pelinggih di Puri Gading, Kami penyungsung Pura Majapahit GWK mengucapkan terimakasih pada investor GWK baru yang meminta Ruko tempat Bhatari Durga Melinggih, dan Hyang Suryo pindah ke Puri Gading hingga terbentuk Candi Ibu termegah di Asia. Semoga GWK tetap jaya karena masih ada Prabu Airlangga yang melinggih dan diberi Odalan mudah2an Patung cepat selesai dan Pratima pulang kejawa, contoh Pratima Ganesa dulu satu komplek dengan Patung kini ,malah punya Candi pindah ke Rumah Hyang Suryo di Bantang Banua Sukasada rumah itu hadiah Gusti Latria adik Pahlawan Letkol Wisnu Dan Ganesa juga candinya tak jauh dari monumen Letko Wisnu satu komplek.[dipisahkan telabah/sungai] sangat memalukan dikira Prabu Airlangga Pengemis, padahal di GWK tak jauh ada Pelinggih Penari dulu di Ruko lalu dipindah ini aman saja, tapi malah Prabu Airlangga yang di Patungkan tanpa pernah maturan pada Prab untuk minta ijin, untung Direktur GWK lama Odalan, juga GM nya, yang baru malah mempertanyakan, contoh Gubernur lama punya program, masak Gubernur baru menghentikan?…IRONIS. {Komang Artanegara} 12-09-’09.

PURA MAJAPAHIT GWK DAN IBU SATU KESATUAN

Dahulu, semua Leluhur Majapahit dilinggihkan di GWK termasuk Ibu Siwa Parwati yang melinggih di Puri Gading. Ketika Pura Majapahit Trowulan ditutup Leluhur Majapahit dilinggihkan di GWK agar bisa selalu di Odali/diupacarai, karena di Trowulan oleh MUSPIKA “dilarang Ritual dan kegiatan dalam bentuk apapun” pengumuman ditempel Camat, kapolsek dll dengan dalih SKB mentri Agama dan Mendagri yang tak jelas isinya. Yng menyakitkan di tuduh tempat ibadah Hindu, padahal Candi Leluhur didalam rumah/Puri Surya Majapahit/Wilatiktapura, yaitu setiap Orang Majapahit tidak minta kuburan tapi Leluhur dibakar/ngaben dan abunya dibuang ke laut dan acara ini di jawa masih lestari, terbukti di tiap kuburan besar ada Krematorium untuk bakar mayat. Hanya beda dengan Bali, Bali bila Ngaben pakai upacara besar, jawa yang 500 tahun sudah berganti islam bakar mayat tidaklah seperti Bali, jadi sederhana ala kadarnya.

 Jadi kalau kota besar bikin mrajan cukup lapor Dinas Pemakaman kalau nyekar dirumah, ada kuburan rupa Candi tidak ada mayat tapi roh nya saja. Sedang pedesaan tidak ada Dinas pemakaman karna tanah luas, bahkan di Madura, jawa barat orang ngubur mayat belakang rumah boleh, demikian Hyang Suryo bikin Mrajan belakang rumah dan disebut Pura/Puro/Griyo/Puri tempat Leluhur dan yang masih hidup. inilah dituduh tempat ibadah Hindu karena banyak Keluarga datang nyekar dan upacara khususnya warga Bali keturunan Majapahit yang memang tidak ditumpas islam. Karena ditutup tidak boleh upacara lalu diundang ke Bali saja padahal Hyang Suryo tidak punya rumah di Bali tapi Bali menyisakan Keluarga besar Majapahit bukan islam yaitu Siwa-Buda yang masih memuja Leluhur.

         Kebetulan Prabu Airlangga dipatungkan di GWK, daripada di Trowulan tidak bisa upacara maka lebih baik Pratima Prabu Airlangga disemayamkan di GWK tempat Beliau di patungkan tertinggi di dunia. Dan yang diundang Pratima Airlangga maka dibuatka Pelinggih/candi Leluhur lain belum, waktu di GWK orang singaraja tidak mau kalah dan ingin punya juga Patung Ganesa Tertinggi di dunia. Hyang suryo usul ,agar bisa terwujut Sungsung saja Pratima Ganesa di Singaraja pasti terwujut, ini komitmen awal Ganesa di sungsung di Singaraja. Tepat 9 bulan Patung Ganesa justru terwujut , dan yang mewujutkan justru bukan yang punya komitmen awal, tapi seorang Pemuda 22 tahun Ketua Pemuda Hindu Dunia Wedakarna bersama orang Jerman. Patung Ganesa ini diresmikan dan masuk MURI Hyang Suryo/Brahmaraja XI, dan Sukmawati Sukarno menandatangani Prasasti Batu Marmer Peresmian. Setelah 9 bulan ngurus Ganesa di Singaraja,    

         Hyang Suryo kembali ngurusi Pura GWK, kebetulan Investor ganti, Ruko diminta investor baru, Hyang Suryo mencari Ruko di Puri Gading dekat GWK untuk tempat Pratima Leluhur Majapahit, juga kalau GWK odalan Mendak Pratima Airlangga yang juga GWK tidak jauh. Akhirnya Puri Gading banyak orang Maturan tanah maka dibuatkan Pelinggih Ibu yaitu Siwa Parwati Tangan seribu berupa Candi Ibu, bahkan kini sudah 3 Candinya, satu Meru, dan Gedong Pratima/klenteng. jadi Ibu pun sudah punya Pelinggih/candi dan Odalannya lain dengan GWK [Purnama V], Candi Ibu Buda Gumbreg Enyitan 6 bulan sekali. Di GWK dituduh Amplik ketua PHDI kuta selatan tidak nyukat genah dan caru, Padahal Ngenteg Linggih, Caru, Odalan dipuput Ida Pedanda Bang Manuaba, juga tiap Odalan Purnama V dipuput Ida Pedanda Manuaba, Wanasari, Negara dll. lengkap Gamelan hotel Wina, Giridarma [sekarang bubar], ungasan, Wayang Mengui, Topeng, Joget bumbung setempat. Raja Tibet, cina, jepang dll orang Buda ikut hadir bahkan tiap acara masuk Radar Bali, Bali TV, Indosiar dll. Ida Pedanda Manuaba saja 5X pernah muput, kalau di Sindhu, Bajrasandi, Art centre dll tidak bisa dihitung muputnya, Pedanda yang lain yang ikut muput tak tercatat. Ngenteg Linggih Candi Ibu Jimbaran juga dipuput Tri Sadaka salah satunya Prof. DR. Narendra [Ida Pedanda Telabah} yang dulu pernah Muput di Trowulan mendampingi Ida Pedanda Made Gunung [Ketua PHDI Bali muput 2001 sampai ditemui George Bus Presiden Amerika setelah muput], Ida Pedanda Basuki [Ketua PHDI Badung muput 2001].

Jadi tuduhan Amplik Ketua PHDI Kuta selatan sangatlah menghina Tokoh PHDI yang muput Pura Majapahit, Bahkan Prof, DR Subagiasta dari PHDI memberikan Darmawacana Ngenteg Linggih di Puri Gading menyatakan Bhatara Bhatari Majapahit sah melinggih dengan adanya upacara yang lengkap, Rejang Dewa , Topeng Sidakarya, Tarian Keraton dari Permaisuri Gusti S. Jelantik Puri Karangasem. Jadi Pura Majapahit adalah Pelestari Budaya Siwa-Buda dimana orang dari Cina ikut ambil bagian Odalan karena merasa satu Ras yaitu Indocina Asia. Dimana Bali kalau Odalan tidak bisa lepas dari uang Kepeng bertulisan cina untuk upacara, sangatlah terpukul pendukung Pura Majapahit etnis Cina melihat tulisan Amplik mengatakan Pura kok dijaga Biksu dan ada tulisan cina di Pura dan tidak dijaga Mangku padahal Pura Siwa-Buda dan cina Buda Leluhur Putri Majapahit. Inilah kalau tidak mengerti tanya dulu,

Padahal Bendesa Adat Jimbaran saja mendak Tirta ke Trowulan Pura Majapahit yang ditutup saudaranya Lakon Bendesa adat Jimbaran Lakon tiap pagi ngayah nyapu di Pura Puri Gading sampai sangat menyesal atas ulah Amplik menuduh tidak memakai adat Hindu yang baru disahkan 1961 sedangkan Bali sejak Jaman Majapahit tidak pernah libur Odalan dan caru. Belum lagi AA. Ng. Darmaputra SH juga marah, untung Hyang Surya/Brahmaraja XI meredam, agar tida malu didengar yang nutup Pura Majapahit ribut dengan saudara sendiri. inilah penjelasan kami Pura Majapahit Bali [Trowulan ditutup] marilah kita rukun bersatu sesuai dasar negara yaitu Pancasila “Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Darmamangruwa” ciptaan Leluhur kita yang kitabnya lestari di Bali, dijawa memang tidak kenal yang diagungkan kitab arab.sampai nutup Pura Majapahit keturunan yang kitabnya dipakai dasar Negara R.I. yaitu Pancasila, kita maklum arab[islam] tidak bisa rukun denga Israel[kristen] saudaranya sendiri apalagi dengan Majapahit yang menyatukan jadi kita maklum mereka tidak kenal persatuan, itu Kerukunan beragama di monas dipukuli bambu masuk tv. Gereja dibakar [situbondo] di bom [mojokerto] padahal saudaranya sama-sama dari timur tengah. barusan bom lagi meledak Ali orang arab ditangkap penyandang dana, jadi cerita ini bukan mengada ada tapi kenyataan. Jadi Pratima sudah lama ikut di Bali dan berada di GWK lalu melinggih di Puri Gading dan punya pelinggih/Candi sendiri lalu bisa Odalan sendiri yang harinya lain dengan GWK dimana dulu Gedong di ruko GWK sekarang di Ruko Puri Gading dan Puri Gading punya Candi 3 Meru 1 Gedong 1 , Kuri Agung juga sudah punya. yang baru di plaspas ditanami Pedagingan kiri dan kanan.

PUSAKA LIMPUNG ALUGORO MAJAPAHIT

Berita Majalah Mangkunegaran Mbangun Tuwuh 5 Agustus 2009 : 5 juli 2009 Surya Soekarno[Putra Bung Karno] berkunjung ke Puri Surya Majapahit Jimbaran Bali. disamping berdo’a Putra Bung Karno ini menyerahkan Gada Limpung Alugoro untuk dipasang dipuncak Candi Ibu Majapahit. Gada ditrima Gusti Putu Surya dari Singaraja yang masih kerabat neneknya[Ibu Bung Karno] kemudian oleh Gusti Putu Surya di Cor di puncak Candi. Anehnya begitu Gada Limpung Alugoro dipasang langsung hujan mengguyur Bali selama 3 hari. Lebih aneh lagi tgl. 7 juli bertepatan Purnama dan banyak orang berdo’a upacara ada Sinar warna kuning Mas turun dari langit ke puncak candi yang ada Gada Limpung Alugoro nya. Bahkan Kadek moyo [Pemangku] mengira kebakaran karena Candi diselimuti Sinar Mas. kebetulan didepan candi diberi lilin 2 biji dan selalu menyala. Komang soper yang ikut menyaksikan ikut tertegun disusul banyak orang keraohan/kesurupan sambil berkata jawa kuno. Surya Sukarno juga menyerahkan cindramata Patung Dada Bung Karno kepada Hyang Batara Agung Surya Wilatikta Raja abiseka Majapahit. sebelumnya juga diadakan acara Haul Bung Karno dilapangan Bajra Sandhi,” Bapak saya yang mendirikan R.I, tapi mati dalam tahanan R.I yang didirikan, aneh ya” kata Putra Bung Karno ini. sedangkan Hyang Batara Brahmaraja XI selaku Raja Majapahit juga pidato dalam Haul ini: “Bung Karno adalah orang tersakti, lihat, Anwar Sadat Presiden Mesir ditembak…mati, Jhon F Kenedi Presiden Amerika ditembak glundung tewas, Gandi dan anaknya juga tewas ditembak, Paus dan Regan juga sempoyongan ditembak. Tapi Bung Karno dibedil, dibom, dibuang ke Ende, Bangka dll. tetap jaya, bukti Beliau tersakti. “Kita bangga Bung Karno mati dalam tahanan bangsa sendiri, kalau mati ditembak penjajah kita kan malu to?”. titel DR nya 26 inipun sangat aneh dan tidak ada tandingannya. Lebih jauh Brahmaraja mengatakan kelak Pancasila yang digali Bung Karno akan jadi Ageman atau Agama. dimana syarat Agama sudah terpenuhi. Pancasila ada kitabnya yaitu Sutasoma ada nabinya yaitu Sukarno[penggali] dan Para Mpu Majapahit. contoh Konghucu sudah diakui Agama karena punya kitab dan nabi yang diakui pengikutnya. Kalau diluar negri jelas sudah diakui, karena diluar tidak ada Agama yang ada Isme yaitu Sukarnoisme, Budhisme, Hinduisme, Taoisme, Anymisme dll. Dalam Haul ini dihadiri DR. Suryani, para mantan orang dekat Bung Karno, Gubernur Bali, Tokoh Sepiritual, Rektor Universitas Marhaen/Mahendradata, Mahasiswa/siswi, Teruna/ni Bali, dll. Juga dinyalakan Obor Pancasila. Drama Proklamasi dan musik para Mahasiswa. DR. Arya Wedakarna selaku Raja [Puri Mahendradata]Negara Bali juga menyerahkan Patung Ganesa Dewa terpandai dan tersakti simbul diri Bung Karno kepada Surya Sukarno disaksikan Hyang Bhatara Agung Brahmaraja XI Raja Abiseka Majapahit. “Akan saya taruh dikamar pribadi” kata Surya Sukarnoputra, Patung Ganesa ini sudah diupacarai Memungkah, Ngenteg linggih, Odalan dan Caru agar bertaksu. [diterbitkan Kanjeng Pangeran Arya Sontodipuro Pem Red. Mbangun tuwuh Mangkunegaran] solo 5 agustus 2009.

ODALAN PURA IBU MAJAPAHIT JIMBARAN

Odalan Pura Ibu Majapahit Buda Kliwon Gumbreg Enyitan, tahun ini jatuh 9-9-2009. Buda Pon Tulu 2-9-’09 Nancep pampang/tetaring, terjadi hujan dan gempa. Redite Paing Gumbreg 6-9-’09 Nunas Tirta ring Kayangan tiga. Buda Kliwon Umanis Gumbreg 9-9-’09 Mecaru, Mlaspas, Ngelinggihan Dewi Gayari di Candi Baru, Avalokitesvara di Candi segi delapan dimana 5 juli yang lalu Surya Sukarnoputra menanam Gada Lumpung Alugoro dipuncak Candi, Kuri dan Sengker. Hari ini 3-9-’09 Rombongan Mangku Teratai Bang tiba membawa Tirta dari Trowulan. Maturan Banten Odalan, Tarian dll. sudah lengkap, kepada Para Penyungsung, Semeton, Pendukung, Pencinta dll Majapahit diberitahukan nanti puncak acara tgl. 9-9-’09 mulai jam 9 pagi sampai selesai. Wraspati Umanis Gumbreg 10-9-’09 Nganyarin. 12-9-’09 Nyineb. Sebelum dan sesudahnya kami haturkan banyak-banyak terima kasih atas segala bantuannya baik moril maupun materil kepada semua yang maturan ngayah ke Pura Majapahit. Ketua Panitia Odalan Gusti Ng. Kampial. Jimbaran 3-9-’09.

PERTAMA SEJAK 666 TAHUN

Berita dari Puro Mangkunegaran Solo oleh Kanjeng Pangeran Wa Arya Sontodipura kawedalan dening “Mbangun Tuwuh” .

Pada tahun 1343 Masehi, Arya Damar bersama Rakyan Mahapatih Hamengkubumi Gadjah Mada dan para Arya dari Majapahit membangun Pelinggih BRAHMARAJA/HYANG WISESA berupa Meru Tumpang sebelas dan Meru Tumpang tiga untuk pelinggih Permaisurinya RATU MAS/DEWI YULAN dimana Pelinggih ini untuk pemujaan Arya Raja Bali, agar tidak pulang ke Trowulan Majapahit. Didepan Pelinggih yang terletak di Pura Besakih ini Arya Damar Melantik Arya Kenceng adiknya sebagai Raja Bali atas perintah Ratu TRIBUANA TUNGGADEWI (Ratu Majapahit ke tiga) yang juga istri Arya Cakra/Sri Kertha Wardana kakak Arya Damar dan Arya Kenceng.

Pada tanggal 1 Januari 2009 atas prakarsa Dr.Wedakarna keturunan Arya Kenceng diadakan doa bersama di Pura Besakih dengan menyertakan Pratima Ganesha yang habis meruwat Jagadraya/dunia di Pura Jagadnatha. Brahmarja selaku pemilik pratima mengikutkan pratima RATU MAS agar bisa melinggih dipelinggihnya yang dibuat 666 tahun yang lalu itu. Hyang Bhatara Agung Surya Wilatikta yang kebetulan turunan kesebelas Brahmaraja akhirnya berhasil membawa dan melinggihkan Pratima RATU MAS biarpun hanya semalam . Jadi Pratima Ratu Mas yang dibawa khusus dari Majapahit Trowulan ini baru pertama kalinya Melinggih Ratu Mas Pura Besakih sejak dibuat 666 tahun yang lalu. Sejarah terulang dimana Hyang Bathara Agung Wilatikta Brahmaraja XI di depan Pretima Ratu Mas Melantik DR. Wedakarna sebagai Raja Negara Bali seperti 666 tahun silam Arya damar melantik Arya Kenceng Leluhur Wedakarna.

Kejadian ini sebetulnya tanpa disengaja Brahmaraja XI (Hyang Suryno ) ketika mendapat surat permohonan agar Ganesha dibawa ke Besakih mendapat pawisik agar pratima RATU MAS diikutkan karena di Besakih Beliau punya pelinggih. Akhirnya pratima Ratu Mas diikutkan. Dimana Gilimanuk disabut semua umat beragama diiring dan mampir dipura segara, Pura Majapahit Negara Bali, Pura Rambut Siwi, Pura Ibu Majapahit JIMBARAN, Pura Jagatnatha dan akhirnya ke Besakih 1 Januri 2009 yang mana setelah dihitung tepat 666 tahun usia Pelinggih Ratu Mas di Besakih.

Juga karena Dewi Yulan berasal dari Cina dan beragama Budha maka diiringi dua Barongsai Cina Merah dan Putih. Barongsai ini pun yang pertama masuk Besakih dimana penduduk Besakih masa kini baru pertama kali melihat, dan anehnya depan Pelinggih Brahmaraja ada Patung Barongsainya dua menjaga Pintu Ukiran Meru.

Pada awalnya Barongsai sempat dipermasalahkan kedatangannya di Pura Hindu, ternyata Besakih adalah Pura Majapahit yang dibuat 1343dan Agama Hindu baru di sah kan 1961. Juga Patung Barongsai sudah ada di dalam Pura Besakih sejak 1343, 666 tahun yang lalu, ini lah akibat Orde Baru dimana Kesenian Barongsai dilarang hingga pemuda masa kini tidak tahu bahwa Leluhur Putri dari Cina dan selalu dikawal Barongsai, untung di Bali uang Cina / Gobok Kepeng masih digunakan Upacara jadi mudah untuk menjelasankan bahwa Cina masih saudara dimana Fosil Manusia Purba Solo / Trinil sama Cina. Dalam sejarah kita dari Yunan Cina atau Kita Asia adalah Bangsa Indo-Cina.

Surakarta, 14 April 2009

Arya Sontodipura

Pemred B. T.

R.SISWORO GAUTHAMA

Nama ini sangat di kenal di Pusat Informasi Majapahit Pusat Trowulan tentang MAJAPAHIT KINGDOM MASA KINI, Majapahit kasunyatan bukan informasi dongeng / legenda, khususnya karena sangat dekat dengan Hyang Brahmaraja XI sebagai wakil bila RAJA tidak ada di pusat, juga sebagai pengagum berat Brahmaraja dari tahun 1980-an sekaligus berusaha menyelesaikan masalah-masalah kemasyarakatan. Dan juga sangat terkenal di media-media cetak khususnya posmo bersama Romo Yanto dan yang lainnya.

Di Pusat Informasi Majapahit Kingdom masa kini, Jl. Brawijaya Dara Jingga 13/16 tembus Sabda Palon utara kolam segaran Trowulan sebagai pusat kerajaan Majapahit Nusantara, Hyang Brahmaraja XI memberikan pengetahuan yang adi luhung kepada kawulanya, diantaranya ajaran leluhur untuk tidak melakukan Molimo: main, minum, madon, madat lan maling sebagai penjelasannya Brahmaraja XI mengutarakan sebagai berikut sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Dan Brahmaraja sudah mempraktekan untuk wakil ciri khas / cermin diri khas orang Majapahit, tetapi Brahmaraja tidak pernah memaksakan ajaran ini, cuma kalau ingin mumpuni silahkan di laksanakan ajaran budi pekerti yang luhur ini;

  1. Melaksanakan ajaran leluhur Tidak boleh Main,…….. kalaupun Main yang profesional dan tidak merugikan yang lain.
  2. Melakukan kebaikan dan Tidak boleh Minum yang memabukkan hingga mengganggu orang lain
  3. Melaksanakan nasehat yang baik dan tidak boleh Medog / main perempuan,.. tapi……..boleh saja daripada disetor ke ARAB jadi TKW banyak yang mengalami pelecehan seksual. (Kenyataan yang terjadi rakyat kita mengalaminya, kalau memang bangsa arab bangsa suci karena tanahnya suci katanya, tetapi masih ada yang melecehkan harkat dan martabat wanita Indonesia tetapi tidak semua orang Arab seperti mereka yang bersifat dajjal).
  4. Tidak melakukan Madat karena akan habis uangnya dan mengganggu kesehatan dan kebrilianan
  5. Tidak melakukan Maling yang merugikan……
(Pemimpin yang super tidak memaksakan anak buahnya untuk mengikuti pemimpinnya tetapi juga tidak meninggalkannya red. penulis).

Jadi semua bisa di lakukan dengan kesadarannya sendiri sebagai kawula Majapahit. Contoh saja mau masuk ke Pura / Keraton Majapahit saja di suruh perhatikan hal-hal seperti di larang masuk bila habis dari tempat maksiat , selesai dari kuburan, wanita yang mengalami datang bulan (haid) dan ibu yang menyusui karena harus membersihkan diri terlebih dahulu (di lukat, di bersihkan atau di tirta) sesuai adat Majapahit. Sama yang di terapkan di candi-candi pada masa Majapahit cuma memang di anggap tempat musyrik oleh arab hingga mengabaikan kesucian tempat leluhur di Nusantara. Padahal bukan musyrik seperti yang arab duga seperti ka`bah adalah juga tempat malah kotak saja, itulah faham yang di dengung-dengungkan oleh pedagang arab dulu supaya bangsa kita meninggalkan budayanya untuk mengikuti budaya mereka dan supaya terus bisa menjajah negeri Nusantara. Kenyataannya di seluruh pelosok Nusantara bila ada penggalian cagar budaya pasti di temukan uang gobog / pis bolong huruf cina (kasunyatan). Ironis peninggalan leluhur yang begitu bagusnya di rusak hingga ada bukti di temukannya situs-situs, tetapi sekarang terbantahkan (merasa mayoritas) karena aksara yang paling bagus, bahasa yang paling bagus adalah yang berbau arabisasi. “Berapa banyak orang yang bisa ke arab ?”. Bisakah rakyat mengikuti budaya arab yang masih mengikuti faham perbudakan. Bangsa kita di anggap budak kalau menjadi TKI atau TKW di sana. Agama hanya di pakai alat untuk menancapkan sistim penjajahan terselubung. Bangsa Indonesia sudah punya Pancasila tetapi sudah di anggap tidak berlaku lagi / tidak cocok lagi. Dan Pancasila adalah sistim Majapahit hasil maha karya Mpu Tantular. Tetapi orang bangsa ini lebih senang dan memahami budaya dan sejarah dari jazirah arab, pujangga arab dan lain sebagainya yang berbau arab. Bangsa ini sudah tidak peduli lagi dengan Tanah Air, adat dan budaya sendiri, tetapi kalau ada bangsa arab yang perang, rakyat ini (mayoritas islam katanya) ingin mengorbankan diri demi harkat dan martabat entah saya sendiri tidak tahu. Biarpun melihat sesama di negeri sendiri hancur, menganggur tidak perduli (aneh). Alam marah dan menghukum bangsa ini karena tidak cinta dengan alam sendiri (sudah di ramalkan dengan leluhur 500 tahun yang lalu). Tapi silahkan tidak percaya karena semua punya hak asasi masing-masing untuk menyadari.

Itulah sebagian kecil ajaran dari leluhur Majapahit yang menjadi kebanggaan Nusantara dan juga pernah menyatukan Nusantara , yang sekarang di anggap kafir-kufur-batil-roh, hantu dan sebagainya, tapi mengajarkan budi pekerti yang luhur. Tidak seperti bangsa Arab yang suka perang hanya masalah sepele ” harga diri ” dan keyakinan harus berperang dengan saudara satu leluhur dan ini mulai merembet ke Nusantara.Dan Leluhur kita adalah bukan bangsa Arab. Adam Hawa Leluhur ARAB 5000 tahun, tapi leluhur kita sudah jutaan tahun terbukti di Sangiran, Trinil dekat aliran Bengawan Solo. Pikirkan dan renungkan Berkacalah apakah kita sama dengan orang Timur Tengah.(Penulis red)